Loading...
Analisis

Orientasi Kesalehan Melalui Penamaan

Secara tradisional, nama-nama Jawa bisa menjadi penanda klasifikasi sosial (kelas priyayi, kelas santri, kelas abangan, kelas bawah, kelas bangsawan, dan lain-lain), sekaligus sebagai penanda waktu atau kondisi ketika mereka dilahirkan. Namun, dalam 30 tahun terakhir, tradisi penamaan tersebut semakin ditinggalkan oleh generasi baru orang tua di Jawa dengan menggunakan nama-nama baru yang tidak pernah ada dalam perbendaharaan nama Jawa: variasi linguistiknya lebih luas dan memiliki makna berorientasi masa depan. Apakah pergeseran makna dalam penamaan memiliki hubungan yang dekat dengan Islamisasi di Jawa, mengingat perubahan ini melibatkan sejumlah besar nama Arab yang merupakan salah satu register keislaman di negeri ini? Dengan pendekatan penamaan yang memproses hampir sejuta nama penduduk di Kabupaten Bantul, penelitian ini membuktikan dengan jelas tentang peran negara secara tidak langsung dalam pertumbuhan orientasi keislaman generasi baru orangtua di Jawa. Mereka ingin menghubungkan masa depan anak-anak mereka dengan Islam. Generasi Muslim milenial telah secara tidak langsung dibentuk oleh generasi baru orang tua ini melalui penamaan, di mana dunia baru yang mereka inginkan untuk anak-anak mereka terkait dengan Islam melalui nama-nama Arab yang memiliki orientasi untuk menjadi Muslim yang baik di era milenial.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *